Orang yang tidak mampu melihat kekurangannya sendiri, sulit bisa melihat kelebihan orang lain.

“Gus Baha”

GAYA BERTEMAN ANAK

GAYA BERTEMAN ANAK

Setiap anak memiliki karakternya masing-masing. Demikian halnya dengan gaya berteman. Anak Anda termasuk yang mana? 

1. Suka Mengganggu
Anda mendapat laporan dari guru yang mengatakan anak Anda sering mengganggu anak-anak lain, termasuk teman dekatnya. Reaksi spontan Anda mungkin membela anak. “Anak-anak memang biasa bertengkar,” demikian pembelaanAnda.

Selain itu, ia dikenal sebagai anak yang memiliki banyak teman. Dia tidak akan memiliki banyak teman jika ia suka mengganggu, kan?
Harus Bagaimana? Semua anak berpotensi menjadi pengganggu, tak terkecuali anak Anda. Cobalah Anda bertanya langsung kepada anak mengenai perilaku yang dilaporkan oleh gurunya.

Ia mungkin tidak akan mengakui perbuatannya, dan malah menyalahkan bahwa temannyalah yang mengganggunya lebih dulu. Dengarkan saja, tapi cobalah buat agar anak Anda bisa melihat situasi ini dari sudut pandang temannya yang ia ganggu. Cara ini mungkin lebih efektif dibandingkan dengan menghukum atau memarahinya.

2. Si Pengamat
Anak Anda yang berusia 10 tahun memberi tahu Anda bahwa teman-temannya menakali anak baru di sekolah. Anda sebenarnya berharap dia akan melakukan hal yang benar, seperti membela teman barunya.
Tapi Anda khawatir ia justru akan menjadi target kenakalan berikutnya. Jadi, Anda hanya berkata, “Kamu tahu, kan, bahwa apa yang dilakukan temanmu itu tidak baik?”
 
Harus Bagaimana? Pikirkan tentang risiko yang mungkin akan dihadapi anak Anda jika dia melakukan hal yang benar. Meski dia tidak terlibat secara langsung, biasanya seorang saksi akan mengalami stres emosional. Tracy Vaillancourt, Ph.D., ahli psikologi University of Ottawa, menyebutkan bahwa anak-anak tipe pengamat ini sebenarnya bisa membawa perubahan yang baik kepada teman-temannya.
Caranya mudah. Cukup dengan mengatakan, “Tidak usah mengganggu dia. Ini tidak keren buat kamu.” Risikonya, si pengamat mungkin akan kehilangan temannya.

3. Anak yang Berusaha Tampil Keren
Si kecil sudah 11 tahun, selalu minta dibelikan sepatu, baju, dan tas mahal serta bermerek seperti yang dipakai teman-teman populer di sekolahnya. Ini menyiratkan bahwa ia bisa menjadi seperti mereka jika memakai barang yang sama.

Anda sebenarnya ingin sekali membelikan apa pun yang anak Anda inginkan. Tapi masalahnya, berapa banyak uang yang harus dikeluarkan untuk memenuhi permintaannya?
 
Harus Bagaimana? Sulit untuk mengatakan ‘tidak’ tiap kali anak Anda minta dibelikan sesuatu. Jadi, tak apa jika Anda membelikan barang yang diinginkannya sesekali. Tapi, cobalah untuk memberikan contoh tentang anak-anak yang tak memiliki barang-barang mahal namun bisa tetap eksis dalam pergaulan.
Tanyakan kepadanya, apakah selebriti favoritnya terlihat menonjol karena meniru gaya orang lain, atau karena ia memiliki gaya khas sendiri? Barang-barang mahal dan bermerek bukan cara untuk tetap dekat dengan anak-anak populer.
 

4. Anak yang Suka Menyendiri
Harus Bagaimana? Tunjukkan kepadanya bahwa Anda mendukung apa pun minatnya. Berteman memang penting, tapi melakukan hal-hal yang sesuai dengan minat anak jauh lebih penting. Ingat, Ma, tidak melakukan hal yang sama dengan teman-temannya bukan berarti anak Anda tersisih dari pergaulan.

5. Anak ‘meninggalkan’ sahabatnya
Anak Anda yang duduk di TK tiba-tiba saja tidak mau lagi bergaul dengan sahabatnya. Anda memang tak ingin dia berteman dengan anak-anak yang tidak ia sukai. Tapi, teman-temannya TK anak begitu manis. Apalagi, Anda berteman dengan orang tua sahabat anak Anda ini. Jadi, Anda akan mendorong anak untuk tetap berteman dengan sahabat masa kecilnya ini.
 
Harus Bagaimana? Coba cari tahu alasan anak berbuat begini. Bisa jadi ada hal-hal yang tak disukai anak dari sahabatnya. Dalam hal ini, percayalah pada apa yang dikatakan anak Anda.
Penelitian yang dilakukan Robert Faris, Ph.D, menunjukkan bahwa anak lebih mungkin diganggu oleh sahabatnya dibandingkan oleh anak lain. Tapi, ada perbedaan antara menambah sahabat dengan ‘meninggalkan’ sahabat untuk menggantinya dengan sahabat yang lebih ‘baik’.

Bila anak Anda memberi alasan seperti “Teman-temanku tidak ada yang suka Amy”, atau “Amy nggak keren”, tanyakan pada anak Anda apakah teman barunya akan sama setianya seperti sahabatnya itu? Apakah teman barunya memperlakukannya secara berbeda ketika di sekitar mereka ada anak-anak lain? Apakah teman barunya duduk bersamanya saat makan siang? Bagaimana saat jam istirahat?

Kemudian, cobalah tunjukkan bagaimana perasaan sahabatnya saat ditinggalkan olehnya. Jika anak mengatakan hal yang buruk tentang sahabatnya (misal, dengan mengatakan “Amy nggak asyik!”), tanyakan kepadanya sejak kapan sahabatnya menjadi ‘nggak asyik’ di matanya.

Anda memang tidak bisa memaksa pertemanan anak Anda, tapi setidaknya Anda bisa mengusahakan agar matanya tetap ‘terbuka’ ketika memilih teman.